Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Di 5 Oktober 2013

Gambar
Add caption 5 oktober 2013 Pernahkah mematung seketika, di dalam kerumunan lalu seperti diantara consius-unconsius? Tatapan saling beradu. Hanya melihat, tanpa ekspresi. Lalu seperti tersadarkan, segera kualihkan pandangan ke arah lain. Berjalan pelan menjauh. Kuatur kembali napas satu-satu. Teman-temanku mempersilahkanku duduk di antara mereka. Dan aku masih dalam kondisi yang tak sedang berpikir apapun. Duduk diam. Setelahnya, wajah itu lenyap tak dapat kuingat lagi, yang tersisa hanya ia seorang yang berkaca mata, berkulit bersih, tubuhnya proposional. Syukurnya tak ada bayangan wajahnya yang tinggal. Walaupun kejadian itu tak mungkin terlupa. Setidaknya, perjuanganku menjaga hati hanya sedikit tergoyah. Dari dua minggu yang lalu, Aku dan teman-temanku sudah tak sabar lagi menanti kedatangan penulis besar negeri tercinta ini. Novelis sekaligus seorang ustadz yang karyanya sebagai salah satu instrumen dakwah Beliau. Novel-novelnya sangat menginspirasi dan mampu memb

"Rinai Hujan" Kompleksnya berbagai inspirasi Aku temukan padanya.

Aku seolah berada di Gaza bersama Hazeem, Sana'a dan Rinai. Lalu Aku tetap menjadi Suci. Berada di sana melihat jelas betapa hebatnya hidup mereka. Menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah azza wa jala. Membaca "Rinai" karangan Mba Sinta Yudisia, membuat aku kembali kepada zaman dimana masih kuliah di Universitas Medan Area. Sigmund Freud-Psikoanalisa, Teori Humanistik, Behavior, Gestalt, mekanisme pertahanan diri dan sebagainya adalah istilah psikologi yang tak asing lagi. Jadilah aku seperti mengalami reinkarnasi duduk di kursi barisan terdepan setiap kali mengikuti mata kuliah yang menjadi favorit. Kalau saja sewaktu itu nikmatnya memelajari psikologi seperti membaca buku Rinai, mungkin cita-citaku menjadi praktisi anak akan menempuh jalan mulus. Membayangkan berada di tengah-tengah kehidupan Rinai, mungkin saja aku bisa berkenalan lalu bersahabat karib dengannya. Sepertinya kami satu gelombang. Sebenarnya dulu aku ingin menjadi seorang klinisian, tetapi

Kelima

Kepada Kamu 10 Juni 2013 pukul 22:55 Kepada Kamu : yang dituliskan untukku di Lauh Mahfudz “Ialah rindu ketika aku terbangun dari tidur pagi, lalu seperti kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, aku seakan mencari, seperti ingin ditemukan dan aku menemukan. :merindumu yang entah.” Usiaku, tepatnya 22 tahun di februari lalu. Aku tengah mempersiapkan segala sesuatu, sebagai perbekalan perjalanan panjang kita. Aku sebagai istri dan kamu sebagai suami. Dan kelak aku menjadi Ibu dan kamu Ayah. Tak kupungkiri sesekali ada yang singgah di hati, lalu segera kuusir, berusaha menjaga hati hanya untuk satu nama, satu kamu, yang datang menemukanku meminta untuk membersamaimu. Entahlah, belakangan aku sering memasukkanmu dalam doa khusukku di sepertiga malam. Berharap kamu datang sebelum usiaku 23 tahun. Aku ingin menikah muda, tak sabar ingin membangun rumah cinta, kita sholat berjamaah, Tak ingin berandai siapa pun kamu. Bagiku ketika kamu datang memintaku dengan ba

Keempat

Adalah bepergian saat meninggalkan sesuatu dan menemukan yang lain. Aku selalu takjub mengetahui mereka yang belajar sampai meninggalkan tanah air tercinta. Pastilah beragam yang mereka peroleh di negeri orang. Dan kepada mereka penyuka alam. Seakan paling mengerti bagaimana menikmati hidup. Sebelum asa putus dimakan usia, mumpung masih kuat dan masih muda. Agaknya sekedar pergi mendaki gunung, berkemah atau sekedar mandi di sungai salah satu cara bagaimana hidup dalam kehidupan. Jangan lupa menghirupkan napas panjang membuangnya perlahan seraya bertasbih. Subhanallah

Ketiga

Untukmu yang Entah           Untukmu yang mungkin belum pernah bertemu, penantianku berawal diusiaku 21 tahun. Sudah satu tahun lalu dan aku ingin menyegerakannya. Aku ingin kamu hadir saat usiaku 23 tahun, tepatnya di tahun 2014 sekitar tiga bulan dari hari kelahiranku, bulan mei dan di tanggal tiga. Aku suka angka tiga sedari SMA dahulu. Semoga atas izinNya akan menjadi nyata. "Kamu Tau?" “Adalah kerinduan bagiku ketika aku terbangun dari tidur pagi, lalu seperti kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, aku seakan mencari, seperti ingin ditemukan dan menemukan. Merindumu yang entah.” Jika kamu bertanya, di mana aku? Tak perlu kamu menerka, jika visi utama kita sama, maka Dia yang akan mempertemukan kita. Sama-sama menautkan hati kepada Ilahi Rabbi. Saat ini, yang jelas aku sedang mempersiapkan diri, bersemangat sekali memperdalam pengetahuanku tentang konsep pernikahan, menjadi istri, menjadi ibu, alhamdulillahnya selalu ada jalan, dapat materi di-liqo'at,

Kedua

Ketika cerita mereka berlalu. Lalu yang terlintas, Kapan 'waktunya' bagiku? Aku yang telah merindukannya, tak mudah bagiku untuk menahan segenap rasa yang hadir dalam penantian. Membayangkannya adalah dosa nyata, yang akan mengotori hati. Allah, beri aku kekuatan untuk membangun cinta di surga-Mu kelak bersamanya. Membiarkan hati terlena memikirkan ia yang statusnya tak halal bagiku, perlahan akan merusak ibadah-ibadahku lalu menjauhkanku padaMu. Aku tau Allah, tapi terkadang berperang dengan nafsu adalah perjuangan hebat yang tanpa bantuanMu aku pasti kalah. Maka berikan perlindungan dan pertolonganMu. Aku ingin menjaga kesucian hati ini sampai waktunya tiba, seorang ia datang memintaku menjadi bidadarinya.

Kesatu

Diam, perlahan aku hilang Setiap hari rasanya malam, berada di dalam ketenangan sendiri tanpa menginginkan siapa-siapa dan apa-apa. Seakan berlarian tak menemukan ujung, menggenggam angin erat tapi itu adalah sia-sia. Tuhan, bukankah cinta yang telah menjadikanku ada? dan tetap hidup? Kini sedang tak kurasakan kehadirannya. Aku seperti mati.