Dear Ayah
Dear Ayah, Rugi rasanya, kalau gak ada perdebatan diantara kita. Dan akhirnya saat situasi menegang, Ayah memilih untuk diam, padahal aku tau Ayah seorang pendebat sejati di forum. Aku si sulung yang keras kepalakan, Yah? Mirip Ayah? Iya, kata Ibu, aku yang paling mirip Ayah. Apalagi kalau soal ngotot, persis seperti Ayah. Tapi bagaimanapun, Ayah adalah orang yang sering aku mintai pendapat, apalagi soal perasaan, Ayah yang membantuku untuk berpikir logis. Supaya gak jadi korban oleh perasaan sendiri. Jangan sampai deh, seperti D'masiv- cinta ini membunuhku. Tragis, bukan? Ayah, meskipun kebersamaan kita dipenuhi perdebatan dan diskusi, namun Ayah seorang yang juga bisa kuajak bercanda. Dan gak melulu, penuh dengan keseriusan maupun candaan, malah kadang ada drama merajuk juga. Aku yang merajuk, nanti gantian Ayah. Nanti gantian aku lagi, ayah lagi, dan begitu seterusnya. Kalau ingat itu, aku bisa ketawa sampai guling-guling di lapangan basket. Moment with Ayah,