Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Sebelas Maret 2014

“Anakku, di dunia ini ada banyak cinta, yang jika kita tidak memahami hakikat sebenarnya, ia akan mencipta sedih untuk hidupmu.”             Anak muda tak sedikit mengalami kedukaan panjang dalam menjalani hubungan yang mereka sebut sebagai jalinan kasih. Berkali-kali terluka hatinya, menderita perasaan, mungkin karena ditinggalkan pujaan hati, mungkin cemburu yang membabi buta, mungkin karena rindu yang selalu ingin dilampiaskan, ada banyak perkara menyakitkan ketika menjalani hubungan yang tidak dilandasi pemahaman yang baik dalam bercinta. Anakku, cinta yang tak didasari sesuatu yang kuat ia akan tumbuh rapuh, sebentar saja. Adalah Allah sebagai sesuatu yang kuat itu, menyintai apa pun harus karenaNya. Seiring berjalannya waktu kau akan memahami. Dibutuhkan ketenangan hati dalam menyikapi setiap perasaan yang tumbuh, kau tak perlu membunuhnya, karena banyak orang yang ingin menjaga hatinya dengan menikam setiap perasaan justru menyuburkan tunas yang lebih banyak lagi sehin

Dua Puluh Enam Oktober 2014

Tiada kesedihan yang menetap, juga bahagia yang selalu bertahan. pagi ini langit cerah sekali, berwarna biru keputih-putihan, burung gereja berdiskusi membuat formasi, cantik. seorang murid datang kepadaku bertanya, “Bu, mana yang paling utama ketenangan atau kebahagiaan?” “Ketenangan dan kebahagiaan bisa kita ciptakan sendiri. Mana yang lebih mudah kau ciptakan, anakku? Setiap kita punya kebutuhan yang berbeda. Kedua-duanya adalah utama sesuai kita.    Momiji

Petualangan di Kota Seribu Kubah

Tedeng aling-aling, setelah berpikir panjang akhir januari  aku tiba di kota ini. Membawa jutaan rasa, bergejolak, ntah apa namanya. Keesokan harinya, dapat surprise dari Ayah. Sekitar pukul 09.00 pagi beberapa teman Ayah dan teman sewaktu kecilku diundang ke rumah untuk makan bersama. "Suci udah mandi?" tanya Ayah semangat. "Belum Yah, kenapa Yah?" jawabku agak heran.  "Cepat mandi, sebentar lagi kawan-kawan Ayah datang dan tadi Ayah udah minta Desi juga datang" jawab Ayah sambil menyulap ruang tamu jadi ruang makan. Tanpa berpikir panjang kutarik handuk berlari ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi terdengar sayup sayup suara di teras depan rumah ada orang tengah bercakap-cakap sesekali ketawa. Bergegas kuselesaikan mandiku. Di ruang tengah sudah ada beberapa teman kerja Ayah, seorang teman masa kecilku yang tinggal di belakang rumah pun ikut membantu istri Ayahku  menghidangkan makanan. Ayah memintaku untuk segera bergabung. Rupanya, acara ini